Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

KH. Rahmat Abdullah, Dari Kuningan Sampai Bekasi

Gambar
Rahmat Abdullah, yang seringkali dipanggil Bang Mamak oleh warga Kampung Kuningan ini, meskipun lahir dari pasangan asli Betawi, namun ia selalu menghindari sebutan Betawi yang dianggapnya berbau kolonial Belanda. Ia lebih bangga dengan menyebut Jayakarta, karena baginya itulah nama yang diberikan Pangeran Fatahillah kepada tanah kelahirannya. Sebuah sikap yang tak lain lahir dari semangat anti kolonialisme dan imperialisme, serta kebanggaan (izzah) terhadap warisan perjuangan Islam. Pada usia 11 tahun, Rahmat kecil harus menapaki hidupnya tanpa asuhan sang ayah, karena saat itu ia telah menjadi seorang anak yatim. Sang ayah hanya mewariskan pada dirinya usaha percetakan-sablon, yang ia kelola bersama sang kakak dan adik untuk menutupi segala biaya dan beban hidup yang mesti ditanggungnya. Meskipun begitu, Rahmat bukanlah remaja yang cengeng. Walaupun harus ikut membanting tulang mengais rezeki, ia tetap tak mau tertinggal dalam pendidikan. Awal pendidikan resminya ia mulai sejak masuk...

SANG MURABBI THE MOVIE, SEDERET PERTANYAAN DAN TANTANGAN

Gambar
Oleh: Muhammad Yulius “ Tanpa adanya kepemilikan media yang lebih luas, variasi program akan terus berkurang. Sampai saat ini kita belum mampu menemukan cara untuk membangun kebijakan publik yang mendorong pemain baru masuk ke bisnis media ketika biaya produksi program jauh lebih murah ketimbang distribusi. ”--Danny Schechter, Broadcaster dan Film Maker, penulis The Death of Media and The Fight to Save Democracy Telah lama kita hidup dalam kungkungan tempurung politik-media Orde Baru yang melahirkan produk-produk broadcast dan sinema berwatak seragam: anti-demokrasi. Kita dibuat megap-megap oleh keharusan memelototi satu-satunya channel televisi, TVRI, dengan program-program yang disaring secara ketat oleh Departemen Penerangan. Tak peduli muak dan muntah-muntah, kita pun dimestikan memperbarui keyakinan secara terus-menerus tentang fakta sejarah versi film Pengkhianatan G 30 S bikinan pemerintah. Pada awal 1990-an, seberkas cahaya menerobos ...

Turtles Can Fly Kura-kura Kurdi dan Politik Kemanusiaan Bahman Ghobadi

Gambar
Oleh Muhammad Yulius, Penatap Nanar Bermata Minus Bagaimana kita menangkap bahasa cinta, kebencian, atau dendam kesumat seorang sutradara dalam film garapannya? Apakah film dapat menjadi media yang efektif untuk menilai sikap dan idealisme seorang sutradara terhadap persoalan yang diangkatnya? Apakah setiap kita—sebagai penonton—memakai mata yang sama; yaitu mata seorang komunikan (penerima pesan) yang memaknai aktivitas menontonnya sebagai proses decoding, sehingga kita dapat mengapresiasi bukan saja hal-hal umum dari film itu, melainkan juga pesan-pesan yang berdenyut dari jantung sang sutradara? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk dijawab ketika kita menyaksikan film-film dengan latar pertarungan politik dan ideologi seperti 300 (Zack Snyder), The Last King from Scotland (Kevin Mcdonald), Hotel Rwanda (Terry George), The Wind That Shakes the Barley (Ken Loach) Schlinder List (Steven Sphielberg), The Killing Field (Roland Joffe’), Kundun (Martin Scorsese), Lawrence...

Berhaji, Menggapai Spiritualitas Diri dan Masyarakat

Gambar
Dzulhijah menjelang. Lantunan kalimat talbiyah mulai bergema di seantero negeri. Hiruk pikuk Tanah Suci mengirim janji kemabruran. Namun, kesibukan para calon tamu Allah berkutat di seputar urusan fisik: cadangan duit , daftar belanja, list permohonan doa dari keluarga dan para tetangga. Di belakang mereka, ada yang masih berputar-putar dengan soal kemantapan, meski semua syarat telah melekat dalam dirinya dan sinyal-sinyal panggilan kian kuat menggedor jiwa. Apakah haji selalu saja soal persiapan fisik yang instan dan hal ihwal panggilan? Soal “Belum Terpanggil” Hingga “Mendadak Shaleh” Mak Tuni, demikian tokoh kita ini biasa disapa, tak pernah berani membayangkan dirinya bakal menjejakkan kaki di Tanah Suci. Boro-boro membayangkan, melafalkan kalimat talbiyah saja ia sudah merasa tak pantas. Ia janda tua tanpa anak dan sanak saudara; sebatang kara menghadapi serbuan hidup yang kian durjana. Tak ada yang bernyali memutus borgol kemiskinannya, sekalipun itu para “Duta Tuhan”—P...